Berpikir Tingkat Tinggi (HIGHER ORDER THINKING/HIGHER LEVEL THINKING)
Berpikir Tingkat Tinggi
terjadi ketika seseorang mengambil informasi baru dan informasi yang tersimpan
dalam memori dan saling terhubungkan atau menata kembali dan memperluas
informasi ini untuk mencapai tujuan atau menemukan jawaban yang mungkin
dalam situasi membingungkan. Membahas tentang “Berpikir Tingkat Tinggi”,
mengingatkan kita kepada Taksonomi Bloom, terdapat tiga aspek dalam ranah
kognitif yang menjadi bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher
order thinking. Ketiga aspek itu adalah aspek analisa, aspek evaluasi
dan aspek mencipta. Sedang tiga aspek lain dalam ranah yang sama, yaitu
aspek mengingat, aspek memahami, dan aspek aplikasi, masuk dalam bagian intilektual
berpikir tingkat rendah atau lower-order thinking. Membahas tentang
berpikir tingkat tinggi, kita bahas dulu tentang Ketrampilan berfikir.
Keterampilan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah ke dalam
langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir. Satu
contoh keterampilan berpikir adalah menarik kesimpulan (inferring), yang
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk (clue)
dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat
suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan. Untuk mengajarkan keterampilan
berpikir menarik kesimpulan tersebut, pertama-tama proses kognitif inferring
harus dipecah ke dalam langkah-langkah sebagai berikut: (a) mengidentifikasi
pertanyaan atau fokus kesimpulan yang akan dibuat, (b) mengidentifikasi fakta
yang diketahui, (c) mengidentifikasi pengetahuan yang relevan yang telah
diketahui sebelumnya, dan (d) membuat perumusan prediksi hasil akhir.
Terdapat tiga istilah yang
berkaitan dengan keterampilan berpikir, yang sebenarnya cukup berbeda; yaitu berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking), berpikir kompleks (complex
thinking), dan berpikir kritis (critical thinking). Berpikir
tingkat tinggi adalah operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada
proses-proses berpikir yang terjadi dalam short-term memory. Berpikir
kompleks Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang
konvergen, yaitu menuju ke satu titik. Lawan dari berpikir kritis adalah
berpikir kreatif, yaitu jenis berpikir divergen, yang bersifat menyebar dari
suatu titik. adalah proses kognitif yang melibatkan banyak tahapan atau
bagian-bagian.
Kemampuan berpikir
merupakan proses keterampilan yang bisa dilatihkan, Artinya dengan menciptakan
suasana pembelajaran yang kondunsif akan merangsang siswa untuk
meningkatkan kemampuan berpikir. Oleh karena itu maka guru diharapkan untuk
mencari metode dan strategi pembelajaran yang dampaknya dapat menigkatkan
kemampuan berpikir siswa.
Bagaimana Melatih Siswa Berpikir Tingkat Tinggi?
Di Indonesia, proses
pembelajaran yang melatih siswa berpikir tingkat tinggi memiliki beberapa
kendala. Salah satunya adalah terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai
penyebar ilmu atau sumber ilmu (teacher center) belum student center;
dan fokus pendidikan di sekolah lebih pada yang bersifat menghafal/pengetahuan
faktual. Siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang akan diisi dengan ilmu
oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup klasik namun memang sulit
dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa yang lebih banyak didasarkan
melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa
yang dicap sebagai siswa yang pintar atau sukses adalah siswa yang lulus ujian.
Ini merupakan masalah lama yang sampai sekarang masih merupakan polemik yang
cukup seru bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Diperlukan Higher Order
Questions (rich questions), pertanyaan yang meminta siswa untuk menyimpulkan,
hypothesise, menganalisis, menerapkan, mensintesis, mengevaluasi,
membandingkan, kontras atau membayangkan, menunjukkan jawaban tingkat
tinggi. Untuk menjawab Higher Order Questions (rich questions)
diperlukan penalaran tingkat tinggi yaitu cara berpikir logis yang tinggi,
berpikir logis yang tinggi sangat diperlukan siswa dalam proses pembelajaran di
kelas khususnya dalam menjawab pertanyaan, karena siswa perlu menggunakan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dimilikinya dan menghubungkannya
ke dalam situasi baru.
Soal-soal ulangan yang dibuat oleh guru perlu
memperhatikan beberapa hal:
- Soal hendaknya menggunakan stimulus, stimulus yang baik hendaknya menyajikan informasi yang jelas, padat, mengandung konsep/gagasan inti permasalahan, dan benar secara fakta.
- Soal yang dikembangkan harus sesuai dengan kondisi pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
- Soal mengukur keterampilan berpikir kritis
- Soal mengukur keterampilan pemecahan masalah
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang sudah mulai diterapkan di Indonesia sebenarnya cukup kondusif
bagi pengembangan pembelajaran keterampilan berpikir, karena mensyaratkan siswa
sebagai pusat belajar. Namun demikian, bentuk penilaian yang dilakukan terhadap
kinerja siswa masih cenderung mengikuti pola lama, yaitu model soal-soal
pilihan ganda yang lebih banyak memerlukan kemampuan siswa untuk menghafal.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penbelajaran keterampilan
berpikir di sekolah antara lain adalah sebagai berikut:
- keterampilan berpikir tidak otomatis dimiliki siswa
- keterampilan berpikir bukan merupakan hasil langsung dari pembelajaran suatu bidang studi
- Pada kenyataannya siswa jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini, sehingga perlu adanya latihan terbimbing
- Pembelajaran keterampilan berpikir memerlukan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered).
Selain beberapa prinsip di
atas, satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam melatih keterampilan berpikir
adalah perlunya latihan-latihan yang intensif. Seperti halnya keterampilan yang
lain, dalam keterampilan berpikir siswa perlu mengulang untuk melatihnya
walaupun sebenarnya keterampilan ini sudah menjadi bagian dari cara
berpikirnya. Latihan rutin yang dilakukan siswa akan berdampak pada efisiensi
dan otomatisasi keterampilan berpikir yang telah dimiliki siswa. Dalam proses
pembelajaran di kelas, guru harus selalu menambahkan keterampilan berpikir yang
baru dan mengaplikasikannya dalam pelajaran lain sehingga jumlah atau macam
keterampilan berpikir siswa bertambah banyak.
Hasil penelitian Computer
Tchnology Research (CTR) menunjukkan bahwa seseorang hanya dapat mengingat
apa yang dilihatnya sebesar 20%, 30% dari yang didengarnya, 50% dari yang
didengar dan dilihatnya, dan 80% dari yang didengar, dilihat dan dikerjakannya
secara simultan. Selain itu Levie dan Levie dalam Azhar Arzad (2009: 9) yang
membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar
dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual
membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat,
mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep.
Sedangkan stimulus verbal memberikan hasil belajar yang lebih baik apabila
pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial). Dalam
dunia pendidikan ada 3 model seorang siswa dalam menerima suatu pelajaran;
1. I hear and i forget ( Saya mendengar dan saya akan lupa )
2. I see and i remember ( Saya meihat dan saya akan ingat )
3. I do and i understand ( Saya melakukan dan saya akan mengerti )
1. I hear and i forget ( Saya mendengar dan saya akan lupa )
2. I see and i remember ( Saya meihat dan saya akan ingat )
3. I do and i understand ( Saya melakukan dan saya akan mengerti )
Jika pengajaran
keterampilan berpikir kepada siswa belum sampai pada tahap siswa dapat
mengerti dan belajar menggunakannya, maka keterampilan berpikir tidak akan
banyak bermanfaat. Pembelajaran yang efektif dari suatu keterampilan memiliki
empat komponen, yaitu: identifikasi komponen-komponen prosedural, instruksi dan
pemodelan langsung, latihan terbimbing, dan latihan bebas. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pembelajaran keterampilan berpikir adalah bahwa
keterampilan tersebut harus dilakukan melalui latihan yang sesuai dengan tahap
perkembangan kognitif anak.
Tahapan tersebut adalah:
1. Identifikasi komponen-komponen prosedural
Siswa diperkenalkan pada
keterampilan dan langkah-langkah khusus yang diperlukan dalam keterampilan
tersebut. Ketika mengajarkan keterampilan berpikir, siswa diperkenalkan pada
kerangka berpikir yang digunakan untuk menuntun pemikiran siswa.
2. Instruksi dan pemodelan langsung
Selanjutnya, guru
memberikan instruksi dan pemodelan secara eksplisit, misalnya tentang kapan
keterampilan tersebut dapat digunakan. Instruksi dan pemodelan ini dimaksudkan
supaya siswa memiliki gambaran singkat tentang keterampilan yang sedang
dipelajari, sehingga instruksi dan pemodelan ini harus relatif ringkas.
3. Latihan terbimbing
Latihan terbimbing
seringkali dianggap sebagai instruksi bertingkat seperti sebuah tangga. Tujuan
dari latihan terbimbing adalah memberikan bantuan kepada anak agar nantinya
bisa menggunakan keterampilan tersebut secara mandiri. Dalam tahapan ini guru
memegang kendali atas kelas dan melakukan pengulangan-pengulangan.
4. Latihan bebas
Guru mendesain aktivitas
sedemikian rupa sehingga siswa dapat melatih keterampilannya secara mandiri,
misalnya berupa pekerjaan rumah. Jika ketiga langkah pertama telah diajarkan
secara efektif, maka diharapkan siswa akan mampu menyelesaikan tugas atau
aktivitas ini 95% – 100%. Latihan mandiri tidak berarti sesuatu yang menantang,
melainkan sesuatu yang dapat melatih keterampilan yang telah diajarkan.
Ada 3 tipe seorang guru dalam mengajar;
1) Guru biasa, yaitu yang selalu menjelaskan
2) Guru baik, yaitu yang mampu mendemonstrasikan
3) Guru hebat, adalah guru yang mampu menginspirasikan, yakni guru yang mampu
membawa siswanya untuk berpikir tingkat tinggi. Pelajaran yang diajarkan dengan
cara mengajak siswa untuk berfikir tingkat tinggi akan lebih cepat dimengerti
oleh siswa. Jadi untuk keberhasilan penguasaan suatu materi pelajaran atau yang
lain, usahakan dalam proses belajarnya selalu menggunakan cara-cara yang
membuat siswa untuk selalu berpikir tingkat tinggi.
PERMASALAHAN :
Disini
saya sedikit kebingungan mengenai instrumen penilaian pada berpikir tingkat
tinggi, menurut teman sekalian Instrumen apakah yang dapat digunakan oleh
seorang guru untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi ini? Mohon
bantuannya.
Ada beberapa hal utk instrumen penilaian pada berfikir tingkat tinggi, yaitu :
BalasHapusa.Menfokuskan pada pertanyaan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah masalah/problem, aturan, kartun, atau eksperimen dan hasilnya, peserta didik dapat menentukan masalah utama, kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas, kebenaran argumen atau kesimpulan.
b. Menganalisis argumen
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi sebuah situasi atau satu/dua argumentasi, peserta didik dapat: (1) menyimpulkan argumentasi secara cepat, (2) memberikan alasan yang mendukung argumen yang disajikan, (3) memberikan alasan tidak mendukung argumen yang disajikan.
c.Mempertimbangkan yang dapat dipercaya
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks argumentasi, iklan, atau eksperimen dan interpretasinya, peserta didik menentukan bagian yang dapat dipertimbangan untuk dapat dipercaya (atau tidak dapat dipercaya), serta memberikan alasannya.
d.Mempertimbangkan laporan observasi
Contoh indikator soalnya: Disajikan deskripsi konteks, laporan observasi, atau laporan observer/reporter, peserta didik dapat mempercayai atau tidak terhadap laporan itu dan memberikan alasannya.
e.Membandingkan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada peserta didik adalah benar dan pilihannya terdiri dari: (1) satu kesimpulan yang benar dan logis, (2) dua atau lebih kesimpulan yang benar dan logis, peserta didik dapat membandingkan kesimpulan yang sesuai dengan pernyataan yang disajikan atau kesimpulan yang harus diikuti.
f.Menentukan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada peserta didik adalah benar dan satu kemungkinan kesimpulan, peserta didik dapat menentukan kesimpulan yang ada itu benar atau tidak, dan memberikan alasannya.
g.Mempertimbangkan kemampuan induksi
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan, informasi/data, dan beberapa kemungkinan kesimpulan, peserta didik dapat menentukan sebuah kesimpulan yang tepat dan memberikan alasannya.
h.Menilai
Contoh indikatornya: Disajikan deskripsi sebuah situasi, pernyataan masalah, dan kemungkinan penyelesaian masalahnya, peserta didik dapat menentukan: (1) solusi yang positif dan negatif, (2) solusi mana yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang disajikan, dan dapat memberikan alasannya.
i.Mendefinisikan Konsep
Contoh indikator soal: Disajikan pernyataan situasi dan argumentasi/naskah, peserta didik dapat mendefinisikan konsep yang dinyatakan.
j.Mendefinisikan asumsi
Contoh indikator soal Disajikan sebuah argumentasi, beberapa pilihan yang implisit di dalam asumsi, peserta didik dapat menentukan sebuah pilihan yang tepat sesuai dengan asumsi.
k.Mendeskripsikan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks persuasif, percakapan, iklan, segmen dari video klip, peserta didik dapat mendeskripsikan pernyataan yang dihilangkan
apakah kesemua instrumen yang anda jelaskan harus terpakai semuanya? mulai dari Menfokuskan pada pertanyaan sampai Mendeskripsikan. jika iya, apakah yang terjadi jika salah satu instrumen tidak diterapkan?
BalasHapusmenurut saya, untuk siswa, penilaian berpikir tingkat tinggi cukup dilakukan dengan memberikan soal dari C3 (pengaplikasian), C4 (analisis) keatas. karena dari cara siswa menjawab soal, akan kita ketahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi pelajaran tersebut. ini juga dapat dinilai dari siswa mengungkapkan pendapatnya akan hal-hal yang dipertanyakan pada soal-soal terseut
BalasHapus