Miskonsepsi pada Pembelajaran Kimia

               

 Kimia adalah salah satu pelajaran yang sulit di tingkat Sekolah Menegah Atas oleh karena itu siswa mempunyai banyak kesulitan dalam memahami konsep kimia (Kavanaugh et al., 1981). Banyak topik kimia yang menyebabkan miskonsepsi karena kimia bersifat abstrak, merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya, dan sifatnya berurutan. Kesulitan dalam memahami konsep-konsep dasar dalam materi kimia dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pemahaman. . Pemahaman salah yang terjadi secara konsisten disebut dengan kesalahan konsep (misconseption).
Miskonsepsi terdiri dari dua kata, yaitu Mis dan Konsepsi. Mis berarti salah atau kesalahan. Konsepsi berarti pemikiran atau pemahaman. Jadi Miskonsepsi dalam arti terminologi adalah salah pemahaman. Kata ini digunakan juga dalam bidang disiplin ilmu yang lain, seperti miskomunikasi (salah berbicara), mispersepsi (salah berpendapat) mis informasi (salah dengar) dan lain-lain. Sedang menurut arti etimologinya  adalah pandangan dan pengetian yang salah memahami peristiwa atau penjelasan yang terjadi disebabkan oleh bimbingan dan pengajaran yang tidak benar

Sumber-sumber Miskonsepsi
Suparno (2005) menjelaskan ada lima faktor yang merupakan penyebab miskonsepsi pada siswa, yaitu : 1) siswa, 2) guru, 3) buku teks, 4) konteks, dan 5) metode mengajar.

1) Siswa
Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam 8 kategori, sebagai berikut.
a) Prakonsepsi atau konsep awal siswa. Banyak siswa sudah mempunyai konsep awal sebelum mereka mengikuti pelajaran di sekolah. Prakonsepsi sering bersifat miskonsepsi karena penalaran seseorang terhadap suatu fenomena berbeda-beda.

b) Pemikiran asosiatif yaitu jenis pemikiran yang mengasosiasikan atau menganggap suatu konsep selalu sama dengan konsep yang lain. Asosiasi siswa terhadap istilah yang ditemukan dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari sering menimbulkan salah penafsiran.

c) Pemikiran humanistik yaitu memandang semua benda dari pandangan manusiawi. Tingkah laku benda dipahami sebagai tingkah laku makhluk hidup, sehingga tidak cocok.

d) Reasoning atau penalaran yang tidak lengkap atau salah. Alasan yang tidak lengkap diperoleh dari informasi yang tidak lengkap pula. Akibatnya siswa akan menarik kesimpulan yang salah dan menimbulkan miskonsepsi.

e) Intuisi yang salah, yaitu suatu perasaan dalam diri seseorang yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu tanpa penelitian secara obyektif dan rasional. Pola pikir intuitif sering dikenal dengan pola pikir yang spontan.

f) Tahap perkembangan kognitif siswa. Secara umum, siswa yang dalam proses perkembangan kognitif akan sulit memahami konsep yang abstrak. Dalam hal ini, siswa baru belajar pada hal-hal yang konkrit yang dapat dilihat dengan indera.

g) Kemampuan siswa. Siswa yang kurang mampu dalam mempelajari fisika akan menemukan kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan. Secara umum, siswa yang tingkat matematika-logisnya tinggi akan mengalami kesulitan memahami konsep fisika, terlebih konsep yang abstrak.

h) Minat belajar. Siswa yang memiliki minat belajar fisika yang besar akan sedikit mengalami miskonsepsi dibandingkan siswa yang tidak berminat.

2) Guru
Guru yang tidak menguasai bahan atau tidak memahami konsep fisika dengan benar juga merupakan salah satu penyebab miskonsepsi siswa. Guru terkadang menyampaikan konsep fisika yang kompleks secara sederhana dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman siswa. Kadang-kadang guru mengutamakan penyampaian rumusan matematis sedangkan penyampaian konsep fisisnya dikesampingkan. Pola pengajaran guru masih terpaku pada papan tulis, jarang melakukan eksperimen dan penyampaian masalah yang menantang proses berpikir siswa. Miskonsepsi siswa akan semakin kuat apabila guru bersikap otoriter dan menerapkan metode ceramah dalam mengajar. Hal ini mengakibatkan interaksi yang terjadi hanya satu arah, sehingga semakin besar peluang miskonsepsi guru ditransfer langsung pada siswa.

3) Buku Teks
Buku teks yang dapat mengakibatkan munculnya miskonsepsi siswa adalah buku teks yang bahasanya sulit dimengerti dan penjelasannya tidak benar. Buku teks yang terlalu sulit bagi level siswa yang sedang belajar dapat menumbuhkan miskonsepsi karena mereka sulit menangkap isinya.

4) Konteks
Konteks yang dimaksud di sini adalah pengalaman, bahasa sehari-hari, teman, serta keyakinan dan ajaran agama. Bahasa sebagai sumber prakonsepsi pertama sangat potensial mempengaruhi miskonsepsi, karena bahasa mengandung banyak penafsiran.

5) Metode Mengajar
Metode mengajar guru yang tidak sesuai dengan konsep yang dipelajari akan dapat menimbulkan miskonsepsi. Guru yang hanya menggunakan satu metode pembelajaran untuk semua konsep akan memperbesar peluang siswa terjangkit miskonsepsi. Metode ceramah yang tidak memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan juga untuk mengungkapkan gagasannya sering kali meneruskan dan memupuk miskonsepsi. Penggunaan analogi yang tidak tepat juga merupakan salah satu penyebab timbulnya miskonsepsi. Metode praktikum yang sangat membantu dalam proses pemahaman, juga dapat menimbulkan miskonsepsi karena siswa hanya dapat menangkap konsep dari data-data yang diperoleh selama praktikum. Metode diskusi juga dapat berperan dalam menciptakan miskonsepsi. Bila dalam diskusi semua siswa mengalami miskonsepsi, maka miskonsepsi mereka semakin diperkuat.  

Miskonsepsi pada Materi Koloid
Koloid merupakan materi pelajaran yang aplikasinya sangat banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perhatian siswa dapat lebih terpusat pada pembelajaran manakala guru mampu menarik minat mereka dengan menunjukkan apa saja kegunaan belajar koloid dan apa yang bisa siswa perbuat dengan koloid.



               Namun, sepanjang yang diketahui siswa hanyalah bahw kotoran pada pakaian dapat hilang dalam air sabun. Padahal konsep liofil dan liofob adalah pada proses pengangkatan kotoran tersebut. Proses tersebut tidak dapat dilihat secara lengsung/ kasat mata. Sedangkan jika guru hanya menerangkan dengan kata-kata, kemungkinan terjadi miskonsepsi akibat kesulitan memvisualisasikan dalam pikiran siswa sangatlah besar. Untuk itulah diperlukan media yang dapat memvisualisasikan dan memperjelas proses pengangkatan kotoran oleh molekul sabun, tanpa memunculkan miskonsepsi padasiswa.






                                        
       Misalkan pada pembahasan koloid tentang efek tyndal dan gerak brown. Secara kasat mata pembahasan tentang efek tyndal dan gerak brown tidak dapat dilihat dalm kehidupan sehari-hari karena perlu visualisasi secara mikroskopis. Berangkat dari hal tersebut dibutuhkan suatu media untuk membantu pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan agar siswa mampu mengkaitkan secara langsung dengan kehidupan sehari-hari dan tidak terjadi miskonsepsi sehingga asumsinya diharapkan dapat terjadi pembelajaran yang lebih bermakna. 



PERMASALAHAN :
Menurut teman teman langkah apa yang bisa dilakukan oleh seorang guru untuk menghindari terjadinya miskonsepsi terhadap para siswa? 

Komentar

  1. menurut saya yaitu dengan cara guru harus mengetahui dengan pasti konsep yang akan diajarkan kesiswa dimana guru dapat mencari sumber yang sangat terpercaya dan dapat dibuktikan kebenarannya. sehingga pada saat guru menjelaskan kepada siswa guru sudah memahami konsep tersebut dengan baik. sehingga pada saat siswa masih ada yang bingung dan belum memahami mengenai konsep tersebut guru dapat menjelaskan dengan detail dan jelas.

    BalasHapus
  2. guru harus benar-benar menguasai materi yang akan diajarkan dan paham bagaimana cara penyampaian materi tersebut. apakah perlu hanya dengan metode ceramah, dengan model pembelajaran ataupun media pembelajaran sehingga dapat menghindari terjadinya miskonsepsi karena guru telah menguasai hal-hal tersebut

    BalasHapus
  3. saya juga sependapat dengan sadri rani, guru memang harus memahami konsep dan mengusai materi secara general tidakk hanhya khusus saja kita ketahui saat ini banyak sekali tempat kita untuk mencari ilmu yang sebanyak banyak nya, dan untuk menghidari nya lagi kita harus mempunyaoi prinsip dalam mengajar, dan strategi serta model yang digunakan tepat dan sesuai materi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesulitan Belajar Kimia pada siswa SMP dan SMA

Keterlaksanaan Praktikum dalam Pembelajaran Kimia di SMP dan SMA

Kreativitas dan Inovasi guru dalam Pembelajaran Kimia dalam Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Kimia