Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Pembelajaran Kimia di SMP/SMA
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Seorang guru kimia memasuki kelas untuk mengajarkan suatu materi. Dia menemui para siswanya sedang lesu, tidak bergairah belajar karena baru saja ulangan matematika. Guru itu melaksanakan pembelajaran dengan metode ekspositori dan tanya jawab. Beberapa pertanyaan diajukan tetapi tidak ada respon dari siswa. Kalaupun ada, hanya satu dua siswa atau yang sudah langgalan (rajin) saja memberikan respon. Mengetahui kondisi yang demikian, guru mengubah strategi dan metode mengajarnya. Guru mengajak siswa ”bermain game kimia”. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan bagi kelompok yang menang atau skornya tertinggi akan diberikan hadiah (walau belum jelas bentuknya). Siswa menyambutnya dengan keadaan gembira seolah-olah pelajaran kimia telah berlalu dan mereka telah bermain game. Setelah masing-masing kelompok diberi tugas untuk didiskusikan, ada soal yang harus dijawab oleh anggota kelompok. Tampak siswa semangat memperoleh nilai tertinggi untuk mengalahkan kelompok lain. Anggota kelompok yang pintar mengajari temannya yang kurang agar nilai kelompoknya menjadi tinggi. Pelajaran kimiapun berlangsung sangat kondusif, aktif, dan menyenangkan.
Ilustrasi tersebut di atas menunjukkan bahwa seorang guru ketika mengajar
dia secara terfokus mengamati keadaan siswa. Bila kondisi siswa yang kurang
motivasi diberikan materi kimia yang abstrak maka kelas itu mungkin akan seperi
pertunjukan opera disaksikan sekian puluh pasang mata dan sunyi. Tepuk tangan
atau kegembiraan baru muncul setelah kelas berakhir. Oleh sebab itu, ketika
guru mengamati kondisi yang tidak mendorong siswa untuk belajar, maka dia
segera mengganti strategi mengajarnya misalnya (pada ilustrasi di atas) dari
tanya jawab menjadi belajar kooperatif. Hal itu menunjukkan bahwa seorang guru
di kelas akan mengubah sendiri strategi atau metode mengajar yang dirasakan
kurang mendukung usahanya. Guru sendiri tidak menyadari bahwa apa yang telah dilakukannya
adalah sebagai penelitian tindakan meskipun tidak terstruktur, tidak terjadwal,
tidak kolaboratif dan tidak menggunakan istrumen. Bila guru melakukan kegiatan
tersebut dengan motede ilmiah (terstruktur, terencana dsb.) maka dia telah
melakukan suatu penelitian tindakan kelas.
Ebbut (1985) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas selanjutnya
disingkat PTK merupakan studi sistematis yang dilakukan oleh guru dalam upaya
memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis
serta refleksi dari tindakan tersebut. Bila guru menemukan keadaan di kelas
yang kurang memuaskan atau kurang mendukung kondisi belajar maka guru harus
”melakukan sesuatu” atau ”melakukan tindakan” agar kondisi tersebut tidak
menjadi inhibitor (penghambat) proses pembelajaran. Guru yang profesional akan
segera melakukan sesuatu tindakan bila di kelasnya terjadi persoalan atau
permasalahan yang mengurangi mutu kerjanya.
B. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menerapkan PTK
Kegiatan tersebut dimulai dengan indentifikasi masalah, menetapkan masalah yang akan diteliti, menetapkan tindakan yang akan dilakukan, menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan, mengumpukan dan analisis data, dan melakukan refleksi. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan rangkaian yang akan dilakukan guru bila melaksanakan PTK. Identifikasi masalah dimulai dari kegiatan refleksi awal, yaitu guru merefleksikan masalah-masalah yang ada di kelasnya. Hal itu merupakan langkah penting karena bila tidak ada refleksi maka masalah yang ada di kelas akan sulit teridentifikasi.
Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat:
1)
Mengidentifikasi
masalah-masalah pembelajaran di kelas
2)
Menjelaskan
cara pemilihan masalah yang layak untuk PTK
3)
Menjelaskan
cara memilih alternatif tindakan
4)
Menjelaskan
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap perencanaan.
5)
Menjelaskan
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap pelaksanaan
6)
Menjelaskan
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap observasi.
7)
Menjelaskan
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap refleksi.
Salah satu ciri guru
yang berhasil (efektif) adalah bersifat reflektif. Guru yang demikian selalu
belajar dari pengalaman, sehingga dari hari ke hari kinerjanya menjadi semakin
baik (Arends, 2002). Di dalam melakukan refleksi, guru harus memiliki
kemandirian dan kemampuan menafsirkan serta memanfaatkan hasil-hasil pengalaman
membelajarkan, kemajuan belajar mengajar, dan informasi lainnya bagi penyempurnaan
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara berkesinambungan.
Disinilah letak arti penting PTK bagi guru. Kemajuan dan perkembangan IPTEK
yang demikian pesat harus diantisipasi melalui penyiapan guru-guru yang
memiliki kemampuan meneliti, sekaligus mampu memperbaiki proses
pembelajarannya.
Beberapa alasan lain
yang mendukung pentingnya PTK sebagai langkah yang tepat untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu pendidikan, antara lain:
1.
Guru berada di garis depan dan terlibat langsung dalam proses tindakan
perbaikan mutu pendidikan.
2.
Guru terlibat dalam pembentukan pengetahuan yang merupakan hasil penelitiannya.
3.
Melaui PTK guru menyelesaikan masalah, menemukan jawab atas masalahnya, dan
dapat segera diterapkan untuk melakukan perbaikan.
Penelitian Tindakan Kelas berasal dari bahasa Inggris,
yaitu Classrom Action Research, diartikan penelitian dengan tindakan yang
dilakukan dikelas. Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan beberapa
pengertian PTK berikut ini :
a
Menurut Lewin (Tahir 2012:77), PTK merupakan siasat guru dalam
mengaplikasikan pembelajaran dengan berkaca pada pengalamnya sendiri atau
dengan perbandingan dari guru lain.
b
Menurut Bahri (2012:8), Penelitian Tindakan Kelas merupakan
sebuah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengamati kejadian-kejadian dalam kelas
untuk memperbaiki praktek dalam pembelajaran agar lebih berkualitas dalam
proses sehingga hasil belajarpun menjadi lebih baik.
c
Menurut Suyadi,2012:18, PTK secara lebih sistematis dibagi
menjadi tiga kata yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian yaitu
kegiatan mengamati suatu objek tertentu dengan menggunakan prosedur tertentu
untuk menemukan data dengan tujuan meningkatkan mutu. Kemudian tindakan yaitu
perlakuan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu.
Dan kelas adalah tempat di mana sekelompok peserta didik menerima pelajaran
dari guru yang sama.
d
Menurut Sanjaya,2010:25, Secara bahasa ada tiga istilah yang
berkaitan dengan penelitian tindakan keleas (PTK), yakni penelitian, tindakan,
dan kelas. Pertama, penelitian adalah suatu perlakuan yang menggunakan metologi
untuk memecahkan suatu masalah. Kedua, tindakan dapat diartikan sebagai perlakuan
yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki mutu. Ketiga kelas menunjukkan pada
tempat berlangsungnya tindakan.
e
Menurut John Elliot, PTK adalah peristiwa sosial dengan tujuan
untuk meningkatkan kualiatas tindakan di dalamnya. Di mana dalam proses
tersebut mencakup kegiatan yang menimbulkan hubungan antara evaluasi diri
dengan peningkatan profesional.
f
Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Sanjaya,2010:25), PTK adalah
gerakan diri sepenuhnya yang dilakukan oleh peserta didik untuk meningkatkan
pemahaman.
g
Menurut Arikunto (Suyadi,2012:18), PTK adalah gabungan
pengertian dari kata “penelitian, tindakan dan kelas”. Penelitian adalah
kegiatan mengamati suatu objek, dengan menggunakan kaidah metodologi tertentu
untuk mendapatkan data yang bermanfaat bagi peneliti dan dan orang lain demi
kepentingan bersama. Selanjutnya tindakan adalah suatu perlakuan yang sengaja
diterapkan kepada objek dengan tujuan tertentu yang dalam penerapannya
dirangkai menjadi beberapa periode atau siklus. Dan kelas adalah tempat
di mana sekolompok siswa belajar bersama dari seorang guru yang sama dalam
periode yang sama.
Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai PTK diatas
dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu pengamatan
yang menerapkan tindakan didalam kelas dengan menggunakan aturan sesuai dengan
metodologi penelitian yang dilakukan dalam beberapa periode atau siklus.
Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk
individual dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan PTK
kaloboratif. Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya
sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru
secara sinergis melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan diantara anggota
melakukan kunjungan antar kelas.
Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK,
yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko,
(5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996).
Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK
tersebut.
1.
Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya,
dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai
latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan
refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu
adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap
perubahan-perubahan.
2.
Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian
bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya
peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan
secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara
jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal, -maksudnya di balik unit yang
jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun
sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
3.
Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan
pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan
sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data
sumber. Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam
PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang
ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat
langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau
kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan
suatu proses dapat berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa
sudut pandang yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut
pandang ini dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman
terhadap berbagai permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap
bahwa tidak ada sudut pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk
memahami sesuatu masalah secara tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut
pandang yang berasal; dari berbagai pihak. Namun demikian memperoleh berbagai
pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang memiliki
,kewenangan dan tanggung jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari
kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat dikatakan bahwa
fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai
yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.
4.
Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani
mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko
yang mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan
untuk melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam
proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan
karena ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para
kalaborator dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.
5.
Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur
tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK
memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis,
reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan
pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok
supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah
situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling
tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi
belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.
6.
Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara
teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi,
keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya
berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan
para ahli penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik
merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu
pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama.
Ada empat jenis
PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK
empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas,
berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
1. PTK Diagnostik;
yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan
menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosia
dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya
ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik
yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.
2. PTK Partisipan;
suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan
melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak
awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak
penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti
memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir
dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di
sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini
peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal
sampai berakhir penelitian.
3. PTK Empiris;
yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan
sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang
terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan
dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan
sehari-hari.
4. PTK Eksperimental;
yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan
dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan
efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan
kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau
teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan
diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang
paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
Model-model Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa model
PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan,
di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart,
(3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
1. Model Kurt Lewin;
di depan sudah disebutnya bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin
pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa
dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan (
planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi (observing), dan (4)
refleksi (reflecting) (Lewin, 1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu
siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer
dielaborasi lagi menjadi: (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan
(implementing), dan (3) Penilaian (evaluating) (Ernest, 1996).
2. Model John Elliot;
apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt
Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan
rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan
terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu,
setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam
bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK
Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf
di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan
pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi
beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok
bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap
pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi
akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot
menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya,
yaitu seperti dikemukakan berikut ini.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Banyak model PTK yang
dapat diadopsi dan diimplementasikan di dunia pendidikan. Namun secara singkat,
pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang
saling terkait dan berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2)
pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu Tahapan Pra PTK, yang
meliputi:
-
Identifikasi masalah
-
Analisis masalah
-
Rumusan masalah
-
Rumusan hipotesis tindakan
Tahapan Pra PTK ini
sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan disusun. Tanpa
tahapan ini suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu
penelitian ilmiah. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan guna menuntut
pelaksanaan tahapan PTK adalah sebagai berikut ini.
1.
Apa yang memprihatinkan dalam proses pembelajaran?
2.
Mengapa hal itu terjadi dan apa sebabnya?
3.
Apa yang dapat dilakukan dan bagaimana caranya mengatasi keprihatinan tersebut?
4.
Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk membantu mencari fakta apa
yang terjadi?
5.
Bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
Jadi, tahapan pra PTK
ini sesungguhnya suatu reflektif dari guru terhadap masalah yang ada
dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan bersifat individual pada salah seorang
murid saja, namun lebih merupakan masalah umum yang bersifat klasikal, misalnya
kurangnya motivasi belajar di kelas, rendahnya kualitas daya serap klasikal,
dan lain-lain.
Berangkat dari hasil
pelaksanaan tahapan Pra PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat.
1.
Perencanaan Tindakan; berdasarkan pada identifikasi masalah yang
dilakukan pada tahap pra PTK, rencana tindakan disusun untuk menguji secara
empiris hipotesis tindakan yang ditentukan. Rencana tindakan ini mencakup semua
langkah tindakan secara rinci. Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari
materi/bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup metode/ teknik mengajar,
serta teknik atau instrumen observasi/ evaluasi, dipersiapkan dengan matang
pada tahap perencanaan ini. Dalam tahap ini perlu juga diperhitungkan segala
kendala yang mungkin timbul pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan
melakukan antisipasi lebih dari diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung
dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.
2.
Pelaksanaan Tindakan; tahap ini merupakan implementasi ( pelaksanaan)
dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di dalam
kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang
telah disiapkan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu saja mengacu
pada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan
efektifitas keterlibatan kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk
dapat lebih mempertajam refleksi dan evaluasi yang dia lakukan terhadap apa
yang terjadi dikelasnya sendiri. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman,
pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan.
3.
Pengamatan Tindakan; kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang
pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap
proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen
pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini perlu
mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrumen ukur penelitian guna
kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan observasi dan evaluasi, guru
tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh
pengamat dari luar (sejawat atau pakar). Dengan kehadiran orang lain dalam
penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Hanya saja
pengamat luar tidak boleh terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap
pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Terdapat empat
metode observasi, yaitu : observasi terbuka; observasi terfokus; observasi
terstruktur dan dan observasi sistematis. Beberapa prinsip yang harus dipenuhi
dalam observasi, diantaranya: (a) ada perencanaan antara dosen/guru dengan
pengamat; (b) fokus observasi harus ditetapkan bersama; (c) dosen/guru dan
pengamat membangun kriteria bersama; (d) pengamat memiliki keterampilan
mengamati; dan (e) balikan hasil pengamatan diberikan dengan segera. Adapun
keterampilan yang harus dimiliki pengamat diantaranya: (a) menghindari
kecenderungan untuk membuat penafsiran; (b) adanya keterlibatan keterampilan
antar pribadi; (c) merencanakan skedul aktifitas kelas; (d) umpan balik tidak
lebih dari 24 jam; (d) catatan harus teliti dan sistemaris
4.
Refleksi Terhadap Tindakan; tahapan ini merupakan tahapan untuk
memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat
kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis.
Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk melibatkan orang luar
sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat observasi. Keterlebatan
kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat lebih tajam melakukan
refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman,
pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan
kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan
sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih.Proses refleksi
ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK.
Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpecaya akan didapat suatu masukan yang
sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya.
Refleksi yang tidak tajam akan memberikan umpan balik yang misleading dan bias,
yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu PTK. Tentu saja kadar ketajaman
proses refleksi ini ditentukan oleh kejataman dan keragaman instrumen observasi
yang dipakai sebagai upaya triangulasi data. Observasi yang hanya mengunakan
satu instrumen saja. Akan menghasilkan data yang miskin.Adapun untuk memudahkan
dalam refleksi bisa juga dimunculkan kelebihan dan kekurangan setiap tindakan
dan ini dijadikan dasar perencanaan siiklus selanjutnya. Pelaksanaan refleksi
diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai observasi
langsung diadakan refleksi bersama kolaborator
Contoh dari
penelitian tindakan kelas pada pembelajaran kimia, yaitu :
Permasalahan :
Menurut teman-teman
semua apakah tujuan dari dilakukan PTK pada pembelajaran kimia?
menurut saya untuk meningkatkan profesional seorang guru dan juga memperbaiki kualitas pembelajaran. sehingga untuk sebagian hasil belajar dinyatakan sebagai suatu pencapaian tujuan pengajaran.
BalasHapusberarti pencapaian suatu pembelajaran untuk dikatakan tercapai atau tidak dapat dilihat melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh seorang guru. begitukah ?
Hapustujuan dari dilakukannya penelitian tindakan kelas adalah sebagai bahan evaluasi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan dicapai sehingga tujuan pembelajaan dapat tercapai
BalasHapusjika menurut saudari salah satu tujuan PTK adalah sebagai bahan evaluasi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, hal hal seperti apakah yang perlu dilakukannya evaluasi ?
Hapusberdasarkan sumber yang saya peroleh, tujuan PTK adalah meningkatkan dan/atau memperbaiki praktik pembelajaran di sekolah, meningkatkan relevansi pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan .
BalasHapustujuan PTK berdasarkan buku yang ditulis Kunandar tahun 2008 :
BalasHapusa. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru.
b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.
d. Sebagai alat training in-service,yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analisisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.
e. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap system pembelajaran yang berkelanjutanyang biasanya menghambat inovasi dan perubahan.
f.Peningkatan hasil mutu pendidikan melalui perbaikan praktik pembeljaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis ketrampilan dan menningktkan motivasi belajar siswa.
g.Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
h.Menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
i. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga situnjukkan untuk meningkatkan efisiensi peemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.